Kamis, 14 Februari 2008

Segelas Kopi

Malam ini udara begitu dingin seiring suara katak-katak bernyanyi.Sepinya suasana sisakan gurat-gurat bekas hujan tadi.Dengan sebuah onthel tua ku kayuh harapan yang telah bopeng tertusuk kenangan-kenangan lampau.Aku berhenti di sebuah kedai tua yang menyuguhkan rintihan Yon Koeswoyo memecah malam."Pak,minta kopinya!"Dengan sebatang Djisokam ku hirup asap kegalauan dengan panasnya segelas kopi konakku."Kau datang lagi,kau tak sendiri..."menambah nikmat tegukan-tegukan kopi ini.Yah..lagu Yok Koeswoyo sang adik dari Yon begitu menampar ingatanku pada seorang gadis desa yang kini entah kemana.

Ditengah terlenanya aku dengan lamunanku,tiada terasa air hangat mengalir membanjiri mata dan pipi kusutku.Lagu "Cintamu Tlah Berlalu"mencabik-cabik kegalauanku pada tragedi cinta pertamaku."Bedebah...Bajingan...pergi kau dari hidupku."Ku gebrak meja di depanku dan tinggal setengah kopi di gelasku."Ada apa Mas?"tanya Bang Soim kepadaku."Ah,biasa Bang mabuk aku."Dan ku habiskan sisa kopiku yang tinggal separo itu dan ku taruh uang Seribuan di bawah gelasku."Gue cabut Bang,peusing kepala gue,makacih"


Kembali ku kayuh onthelku membelah malam,melintas bulak sawah yang katanya angker dan banyak Bencong-bencong menyedot kenikmatan."Persetan semuanya.."ku alihkan rasa takutku.Pukul 02.30 telah mendorong diriku akan sebuah rumah.Yaah,rumah keabadian dimana berbagai macam peristiwa muncul menemani sisa-sisa waktu dalam perjalanan suciku."Selamat tinggal Dindaku sayang,ku relakan dikau pergi dalam dekapan cita-cintamu."Dan tiada terasa ku terlena dalam pelukan balai-balai tua dan Selamat tinggal semuanya.

Tidak ada komentar: