Surya perlahan melepuh sinarnya
Mendung pun kini kembali bertahta
Gelap...
Betapa kelam di pagi buta
Ada apa dengan secangkir kopi hitam
Nikmat bagai senandung merambat pelan-pelan
Merayap,merangkak dan mengguyur syaraf otak
Tangis pun mulai mengalir perlahan
Di pagi buta...
Kutatap wajahmu yang memerah
Itukah sketsa tangis atau amarah
Dan meneguk sisa-sisa kopi hitam,beringas...
Kau bercerita tentang seteguk kisah
Tentang kopi hitam dalam sesobek cinta
Akan sepanjang langkah perjalanan
Yang kini tinggal sepotong impian
Kau tampar wajahku tiba-tiba
Kau tendang bahkan kau tikam jiwa terlena
Ada apa semuanya
Kenapa engkau kawan?
Di pagi buta...
Harusnya kau tatap senja yang kan datang
Dengan lembayung siksa di dalam dosa
Atau bersenggama dengan penari-penari telanjang
Ada apa kawan...
Kau punguti puntung-puntung bertebaran
Kau teguk ampas kopi yang hampir sekarat
Yang akhirnya menjerat...
Aku sadar kawan...
Terlalu jauh aku teraniaya beban
Duka,derita berenang-renang tanpa belas kasihan
Maafkan aku Tuhan...
Gelap...
Apakah segelap pagiku kawan
Lihatlah senja tlah bersanding malam
Dan kan terlelap
Maafkan aku kawan...
Tangis Padang Tandus,28 February 2008...
Sabtu, 01 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar